Kisah Khitan Nabi Muhammad SAW

Kali ini sejarah Nabi Muhammad akan diceritakan di sini. Kisah seputar khitan Nabi Muhammad SAW.

Khitan bermula dari ajaran Nabi Ibrahim, sedangkan sebelumnya tidak ada seorangpun yang berkhitan . Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ibrahim berkhitan setelah berumur delapan puluh tahun”.

Setelah Nabi Ibrahim Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tradisi dan sunnah khitan berlanjut bagi semua rasul dan para pengikut mereka, sampai kepada al Masih, bahwa dia juga berkhitan. Orang Nashrani mengakui dan tidak mengingkari khitan tersebut, sebagaimana mereka mengakui haramnya daging babi, haramnya uang penghasilan hari Sabat.

Suku Quraisy masih melaksanakan sebagian ajaran dari Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as yakni mengkhitan anak .

Pada pagi hari setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW, Kakek Nabi yakni ‘Abdul Mutholib berjalan dengan penuh bahagia. Di depan tempat peribadatan pendeta, beliau bertemu dengan pendeta Shais.

“Siapakah nama anda?”, tanya sang pendeta

“Abdul Mutholib!”, jawab pemuka suku Quraisy ini

Pendeta itu lalu mendekat dan berbisik kepada Abdul Mutholib, “Jadilah engkau kakek yang baik bagi cucumu yang telah aku ceritakan pada penduduk Makkah. Ia dilahirkan pada hari Senin pagi dan akan di utus pada hari Senin pula. Bukti apa yang aku ucapkan adalah anak itu sekarang sedang sakit dan akan sembuh setelah tiga hari. Jangan kau ceritakan hal ini pada siapa pun, karena anak itu paling didengki oleh orang-orang Yahudi”.

“Dia akan hidup sampai umur berapa?”, tanya Abdul Mutholib

“Jika ia diberi umur panjang maka tidak akan sampai 70 tahun. Ia akan meninggal pada usia sekitar 62 atau 63 tahun”, jawab Pendeta Shais dengan tenang dan mantap


Pesan yang disampaikan pendeta Shais kian menancapkan rasa sayang Abdul Mutholib pada Nabi Muhammad SAW kecil. Pada hari ke tujuh kelahiran cucu beliau, Abdul Mutholib mengadakan walimatul khitan/sunatan. Dalam hajatan ini beliau mengundang beberapa orang suku Quraisy.


Daging kambing telah dihidangkan dan acara makan akan segera dilaksanakan. Di saat tengah menyantap hidangan, salah seorang berkata kepadanya.

“Wahai Abdul Mutholib, kau beri nama siapa cucumu ini?”

“Muhammad!”, jawab beliau

“Kenapa tidak engkau beri nama salah seorang dari kakek buyutmu?”, lanjut Quraisy

“Aku berharap kelak dia akan menjadi orang yang terpuji baik di langit maupun di bumi!”, jawab Abdul Mutholib



Team Sejarah 2010, ATSAR, Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad SAW – Lentera Kehidupan – Untuk Mengenal Pendidik Sejati Manusia, Kediri : Pustaka Gerbang Lama, 2012, hlm. 39-40

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel