Semua Ada Masanya, Sabar, Jangan Tergesa
Wednesday, 6 August 2014
"Sesungguhnya setiap kalian
dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat
puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari,
kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya
seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh…” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abu
Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud ra,).
Begitulah proses penciptaan
manusia. Setiap insan telah melaluinya, langkah demi langkah. Setiap tahapan
dalam proses pun telah diperhitungkan dengan cermat,tepat dan tanpa cacat
sedikitpun.
Mengapa diperlukan proses
tersebut? Bukankah Allah mampu menciptakan semua manusia sekaligus bila Ia
menghendaki?. Lagi pula hanya Diialah Allah Sang Maha Kuasa, Maha Mengetahui?
Didalam proses kandungan makna
mendalam. Sungguh Allah sebenarnya telah mendidik hamba-hambaNya semenjak ia
berada dalam perut ibundanya, tarbiyah istimewa dariNya yang bertemakan
kesabaran. Ada proses yang harus dilalui dan itu membutuhkan kesabaran
Kesabaran terhadap segala
sesuatu yang telah ia tetapkan, kesabaran dalam menjalani perintah-perintahNya,
meski sungguh teramatlah mudah bagi Allah sang Maha Pencipta untuk menciptakan
manusia sekaligus. Namun Allah menghendaki manusia menjalani proses dan bagaimana
menjalani tahapan demi tahapan dengan bersabar.
Bila bukan karena kesabaran dan
ketabahan, tentulah Siti Hajar tidak akan mondar-mandir, pulang dan pergi
antara dua gunung yang kecil, shafa dan marwah sebanyak tujuh kali demi
mendapatkan setetes air untuk putranya, ismail.
Contoh kesabaran juga bisa
diambil dari kisah Nabi Yusuf yang dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya,
terpisah dari ayah kandungnya, dan dipenjara sebagai tahanan, hingga pada
akhirnya ia menjadi seorang penguasa Mesir. Nabi Yusuf melalui perjalanan yang
amat panjang.
Sebagaimana pula Rosulullah saw
yang rela dicerca dan dilempari batu hingga cedera pada kedua kaki Rasulullah
oleh kaum Bani Tsaqif ketika beliau hijrah ke Thaif. Begitulah proses langkah
demi langkah yang akan senantiasa berlanjut hingga batas waktu yang telah
ditentukan.
Seorang anak kecil tak lantas
tiba-tiba mampu berjalan. Ia harus merangkak. Itu pun tak bisa dilakukan ketika
si bocah masih di bawah sembilan bulan.
Saat pertama berjalan pun tak
lantas ia bisa langsung berlari. Kadang keseimbangan sering hilang dan
terjatuh. Butuh beberapa waktu lagi bagi si bocah untuk bisa benar-benar
berjalan seimbang. Itulah waktu yang telah ditentukan dan tak bisa dielakkan
dalam tahapan proses.
Namun dalam menjalani proses,
sering kali manusia ingin mempercepat waktu. Contoh paling mudah saat ingin
sembuh dari sakit. Ada usaha yang harus dilalui untuk mendapatkan kesembuhannya
dan ketika meminum obat dari dokter pun terdapat syarat seperti sekali sehari,
2 kali sehari atau 3 kali sehari.
Tidak bisa kesembuhan diraih
dengan serta merta meminum semua obat sekaligus. Justru ketika pasien melakukan
hal tersebut akan mengakibatkan over dosis. Sifat ketergesaan inilah yang kerap
menguasai seseorang dan membuat manusia sulit bersabar.
Senantiasa terdapat efek samping
yang negatif dari tergesa-gesa. Manusia mudah melupakan segalanya dan
senantiasa ingin mendapatkan apa yang diinginkannya dengan sesegera mungkin
Sebagaiman dalam beberapa
firmannya “Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku
perlihatkan kepadamu tanda-tanda (adzab)-Ku. Maka janganlah kamu minta
kepada-Ku mendatangkannya dengan segera” (QS. al-Anbiya’: 37).
Proses kehidupan perlu dilalui
dengan sabar dan tenang, langkah demi langkah sebagaimana Allah mengajarkan
proses terciptanya manusia.
Bersabarlah, karena semua ada
masanya, seperti pelajaran ulat yang beralih rupa menjadi kupu-kupu elok.
Bersabarlah, maka kita akan mendapatkan lebih dari apa yang kita harapkan.
Justru sikap tergesa-gesa hanya membuat banyak energi terbuang sia-sia, membuat
banyak ajaran dan petunjuk dari Allah terabaikan dan bahkan apa yang diupayakan
bisa berakhir buruk, mirip dengan efek over dosis. Wallahua’lam.
Meylina Hidayanti
Penulis adalah sahabat Republika
Online yang kini mengajar sebagai guru IPS Terpadu di SMPIT Az Zahra Sragen
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/12/20/lwgv8v-sem...