Al Qur’an, Bacaan Terbaik Yang Sering Terlupakan
Wednesday, 6 August 2014
Beberapa bulan yang lalu pernah diminta menjadi juri dalam lomba tahsin Al Quran anak-anak remaja di salah satu pojok ibu kota ini. Dari sekian puluh peserta terlihat saling agak ragu dan takut untuk membaca Al Qur an meski sudah di panggil panitia lomba. Usut punya usut ternyata dari sekian peserta rata-rata masih sangat terbata dalam membaca Al Qur an.
Alhasil saya menyimpulkan hanya 3 orang yang bisa membaca dg lancar walaupun tajwidnya masih belepotan dan merekalah yang menjadi juaranya. Miris sedih campur geram. Betapa tidak usia mereka yang rata-rata 15 tahunan masih saya katakana buta aksara Al Qur an?
Sedih kemana saja mereka selama ini? Orang tua mereka? Tapi mau geram sama siapa? Padahal mereka saja begitu enjoy menikmati ketidakbisaannya. Seolah baca Al Qur an itu tidak keren dan sekedar membaca buku-buku ala kadarnya.
Dan kenyataannya remaja lebih memilih menenteng hape atau bahkan blackberry yang harganya bisa jutaan. Padahal jika untuk membeli Al Quran, buku panduan membaca alqur an bs dapat puluhan buku. Bahkan jika dikalkulasi untuk membayar taman Pendidikan Al Quran dan sejenisnya bisa untuk 100 kali pembayaran @ Rp 25.000,00/bulan. Dan saya menjamin anak-anak sudah bisa membaca Al Quran atau minimal bisa 1 kali menghatamkan Al Qur an.
Ilustrasi di atas bukan cerita rekaan dan itulah kenyataan saat ini, gambaran remaja tersebut merupakan gambaran ummat muslim pada umumnya. Sebagian besar muslim di Indonesia belum begitu sadar akan pentingnya membaca Al Quran. Padahal Al Qur an adalah pedoman hidup, sumber hukum Islam yang utama.
Ketika kita makin menjauh dari Al Quran maka kualitas ummat juga semakin rapuh. Bagaimana tidak membaca saja belum bisa, di tambah lagi semangat belajar untuk membaguskan bacaan Al Qur an juga tidak ada.
Dalam sejarah dikatakan bahwa wilayah nusantara yang terakhir dikuasai oleh Belanda adalah daerah Aceh. Daerah Aceh tercatat sampai 1912 masih merdeka dan berdaulat. Mengapa bisa terjadi? Ternyata di kerajaan Aceh sangat berpegang teguh Al Quran sebagai pedoman utama.
Rakyat di sana sangat komitmen dan dekat dengan Al Quran. Hingga ketika Belanda memakai tenaga ahli Dr. Christiaan Snouck Hurgronje yang menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh untuk meneliti kemasyarakatan dan ketatanegaraan Aceh, perlahan daerah aceh bisa di taklukkan.
Siasat Snock Hurgronje lebih kepada menjauhkan nilai-nilai islam dari masyarakat Aceh, terutama tentang komitmen dekat dengan Al Quran. Salah satu contoh wanita haid tidak boleh membaca dan menghafal Al Qur an, padahal serang hafidhah diperbolehkan muroja’ah(mengulang bacaan) dalam rangka untuk menjaga hafalannya. Dalam beberapa pendapat dikatakan bahwa wanita haid tetap boleh memegang Al Qur an asal bukan mushaf asli, missal qur an terjemah, tafsir, dsb.
Mungkin contoh diatas sedikit terlihat sepele, pelan tapi pasti, efek-efek tersebut dapat dirasakan. Snouck hurgronje, mendoktrin masyarakat aceh bahwa agama Islam hanya sebatas ritual, sehingga tidak menyeluruh.
Dari para hafidhah yang haid tadi secara perlahan dihilangkan hafalannya. Padahal Al Qur an sebagai pedoman hidup itu berlaku pada semua kondisi bagi wanita baik yang haid maupun yang tidak. Allah SWT berfirman:
A lif-Lam-Mim. Kitab Al-Quran ini, tidak ada sebarang syak padanya; ia pula
menjadi petunjuk bagi orang-orang yang (hendak) bertaqwa. [al-Baqarah 2:1-2]
Setiap individu Muslim yang bertaqwa memerlukan al-Qur’an sebagai kitab yang
memberi petunjuk kepada mereka. Petunjuk ini diperlukan pada setiap masa dan
tempat, termasuk oleh para wanita ketika mereka didatangi haid. Tidak mungkin
untuk dikatakan bahawa ketika haid mereka tidak memerlukan petunjuk dalam
kehidupan sehari-harian mereka.
Banyak hal yang menakjubkan dari kitab suci Al Quran. Kita sebagai seorang muslim harus banyak tahu ilmu tentang Al Qur an, agar kita lebih senang membacanya, merenungkan, dan bahkan menghafalkannya. Al Qur an dalam arti bahasa memang bacaan.
Secara istilah barulah ia berarti firman Allah yang merupakan mukjizat dan diturunkan dalam hati Muhammad untuk di ajarkan kepada ummat muslimin yang kemudian diriwayatkan secara muttawattir kepada kita serta merupakan ibadah ketika kita membacanya. Untuk belajar Al Qur an kita harus talaqqi(belajar membaca Al Qur an secara langsung dibimbing oleh seorang guru Al Quran).
Karena dengan talaqqi seseorang akan mendapatkan pengarahan yang benar setiap kali salah membaca. Bacaan Al Qur an bukanlah berdasarkan ijtihad, melainkan riwayat, sehingga harus melalui proses talaqqi kepada seorang guru dan tidak dapat dipelajari sendiri, sedangkan secara teori ilmu tajwid dapat dipelajari sendiri.
Oleh karenanya ulama menetapkan bahwa hukum membaca Al Qur an dengan benar adalah Fardlu ‘Ain sedangkan mempelajari ilmu tajwid secara teori adaah fardlu kifayah.
Ketika kita masih merasa berat menyentuh dan membaca Al Quran ini dikarenakan beberapa sebab. Sebab adalah masalah utama yang harus dicarikan solusi oleh kita semua kaum muslimin. Sebab-sebab itu diantaranya :
Perasaan menganggap sepele tentang keutamaan membaca Al Qur an
Lemah wawasan ber Al Qur an
Tidak memiliki waktu yang wajib/target khusus untuk berinteraksi dengan Al Quran
Lemahnya keinginan untuk bertilawah
Terbawa lingkungan yang jauh dari Al Qur an
Tidak tertarik dengan majelis yang menghidupkan Al Quran.