Sejarah Hawa, Seharusnya Perempuan Yang Mencari Jodohnya?
Sunday, 3 August 2014
Add Comment
“Sejak diturunkan ke bumi,
Hawa terus memikirkan Nabi Adam. Bagaimana keadaannya sekarang? Apa ia sanggup
hidup sendirian di bumi ini? Hawa bertekad untuk bertemu Nabi Adam. Hawa terus
berjalan menyusuri bumi. Sesekali ia beristirahat sambil makan buah-buahan. Ia
terus berdoa kepada Allah agar segera dipertemukan dengan Nabi Adam. Hawa tiba
di sebuah padang pasir dan bukit yang sangat gersang. Ia sudah sangat kelelahan
dan hampir putus asa. Kemudian ia berdoa kepada Allah dengan sangat khusyuk. Rupanya
Allah mengabulkan doanya. Hawa melihat sosok yang sangat ia kenali. Ia adalah
Nabi Adam. Hawa memanggil Nabi Adam dan Nabi pun memanggil Hawa dengan penuh
kerinduan. Inilah saat yang paling membahagiakan bagi mereka.”
Itulah sepenggal kisah tentang
pertemuan Adam dan Hawa di bumi dalam buku “Ensiklopedia Kisah Al-Qur’an”
terbitan Gema Insani Press.
Mungkin kisah ini pun
menggambarkan manusia pada umumnya. Tabiat perempuan yang peduli tergambar
jelas dalam penggalan cerita di atas.
Hawa terus memikirkan Nabi Adam dan ingin
segera bertemu dengan Nabi Adam. Apa alasannya? Ternyata, bukan karena sekadar
melepas rindu dirinya pada Adam, tapi lebih memikirkan bagaimana keadaan Nabi
Adam sekarang? Apakah Adam sanggup hidup sendiri di bumi? Hawa tak memikirkan dirinya
sendiri. Itulah sifat dasar perempuan, ketika memutuskan sesuatu ia selalu
mempertimbangkan orang lain bukan hanya kepentingan dirinya sendiri.
Ya, karena Allah menciptakan
Hawa untuk menemani Adam ketika di syurga. Allah tahu bahwa Adam tak bisa hidup
sendiri. Walaupun dengan kenikmatan-kenikmatan syurga yang telah ia dapatkan,
tetap saja seorang Adam membutuhkan teman. Maka, Allah ciptakan Hawa dari
tulang rusuk Adam untuk menemani Adam di syurga.
Ketika diturunkan ke bumi dan
mereka berpisah, maka naluri masing-masing pasti akan saling mencari. Dan dalam
pencarian di sini digambarkan secara jelas kekhawatiran Hawa akan kondisi Adam
di bumi: sanggupkah Adam hidup sendirian?
Hawa pun terus berusaha
menelusuri bumi demi bertemu Adam. Uniknya, di buku ini tak diceritakan
bagaimana usaha Adam menemukan Hawa, tapi lebih kepada bagaimana usaha Hawa
menemukan Adam. Pastinya tak bisa dipungkiri juga bahwa tentunya Adam pun
berusaha keras untuk bertemu dengan Hawa karena di syurga yang penuh kenikmatan
saja Adam membutuhkan seorang teman, bagaimana dengan ketika di bumi yang
berbeda jauh dari segi kenikmatan di syurga? Tentu Adam sangat membutuhkan
seorang teman terlebih ketika berada di bumi. Dan tentunya ada rasa kehilangan
ketika Hawa yang biasanya menemaninya di syurga tak ada di sisinya.
Memang agak sedikit berbeda,
penggambaran pertemuan itu diangkat dari sisi Hawa yang berusaha bertemu Adam.
Tak diceritakan pencarian seorang Adam namun lebih ditekankan pada pencarian
seorang Hawa yang menunjukkan rasa pedulinya pada Adam. Hawa terus berjalan,
beristirahat, berdoa di tengah lelah. Hingga akhirnya di tengah lelah yang
begitu sangat dan dalam kondisi hampir putus asa, di gurun pasir yang panas dan
gersang, doa khusyuknya dikabulkan Allah dan dipertemukanlah ia dengan sosok
yang ia kenal. Ya, ternyata Hawa-lah yang mengenali Adam lebih dulu ketika
bertemu. Sungguh, tulang rusuk mengenali siapa pemiliknya.
Dari Sekian milyar banyaknya
jumlah penduduk bumi. Bagaimana kita bisa tahu bahwa
dialah tulang rusuk kita (bagi laki-laki) atau dialah pemilik tulang rusuk ini
(bagi perempuan)?
Pada akhirnya, sebaik-baik jodoh
adalah jodoh di akhirat, jodoh yang kekal. Namun sejatinya kita takkan pernah
tahu siapa jodoh kita di akhirat. Karena belum tentu jodoh di dunia juga
otomatis jodoh di akhirat. Maka yang bisa diikhtiarkan saat ini adalah mencari
jodoh di dunia untuk membawanya menjadi jodoh di akhirat pula.
“Ya Allah Ya Tuhan kami,
karuniakanlah kepada kami nikmat di dunia dan juga nikmat di akhirat. Dan
jauhkanlah kami dari siksa api neraka…”
0 Response to "Sejarah Hawa, Seharusnya Perempuan Yang Mencari Jodohnya?"
Post a Comment