Fakta: Galau Bikin Tubuh Gampang Sakit
Friday, 19 December 2014
Ada pepatah yang bilang, 'masa lalu adalah guru terbaik'.
Artinya, pengalaman manis atau pahit adalah pelajaran bagi setiap orang untuk
menjalani hidup di masa depan menjadi lebih baik. Karena itu, dalam sebuah
studi di Spanyol menyatakan, hidup dalam kenangan kelam masa lalu membuat
seseorang tidak bisa menikmati hidup dan merugikan kesehatan.
Dalam penelitian itu diungkap, orang yang terus mengingat
kenangan pahit masa lalu atau bahasa kerennya sekarang 'galau', seperti
mengingat telah kehilangan kesempatan atau mendapatkan perilaku tidak
menyenangkan, bisa mengundang datangnya penyakit. Tak hanya itu, meratapi
penyesalan juga bisa membuat hidup menjadi mengenaskan. Mereka yang terkukung
dalam masa lalu dan selalu memutar memori pahitnya masa lalu juga lebih
sensitif terhadap rasa sakit.
Tapi, orang orang yang terlalu fokus mengejar masa depan
ternyata juga tidak baik. Pasalnya, hal itu membuat mereka tertekan sehingga
tidak bisa menikmati keadaan sekarang. Beruntungnya, hal tersebut tidak
merugikan dari segi kesehatan.
You are what you thinks. Anda adalah apa yang Anda
pikirkan. Ketika berpikir positif, feedback yang didapat adalah positif. Pun
sebaliknya.
Menurut para peneliti, mereka yang paling bahagia dan sehat
adalah mereka yang bisa menikmati saat kini, selalu belajar dari masa lalu, dan
merencanakan masa depan.
Dalam penelitian itu, sebanyak 50 pria dan wanita
diwawancara tentang perasaan, kesehatan, fisik, mental dan kualitas hidup masa
sekarang dan masa lalu. Pertanyaan-pertanyaan lain, seperti seberapa sering
mereka melakukan segala hal dengan berbagai cara, dan apakah mereka khawatir
tidak mendapatkan sesuatu pada tepat waktu serta bagaimana mereka menjalani
hidup seharian.
Hasilnya, mereka yang selalu melakukan hal-hal buruk
cenderung memiliki kesehatan yang buruk.
Peneliti Universitas Granada, Spanyol, Cristian Oyanadel,
mengatakan, "Menurut kami, dimensi yang paling berpengaruh adalah masa
lalu."
"Kami mengamati orang yang selalu berpikiran negatif
tentang masa lalu, selalu pesimistis atau bersikap fatalistik terhadap
peristiwa saat ini. Hal ini menimbulkan masalah yang makin besar dalam
interaksi sosial mereka, belum lagi mereka akan memiliki kualitas hidup yang
rendah."
Oyanadel menjelaskan, mereka yang tidak bisa lepas dari
masa lalu akan sulit melakukan kegiatan fisik sehari-hari, kemampuan fisiknya
terbatas saat kerja, lebih sensitif terhadap rasa sakit, dan lebih gampang
sakit. "Selain itu, mereka cenderung depresi dan cemas," kata dia
menerangkan.
Di sisi lain, Oyanadel mengatakan ada kelompok yang sehat
mental maupun fisik tetapi memiliki kualitas hidup yang lebih rendah.
"Kelompok itu adalah orang yang lebih fokus pada masa depan, orang yang
selalu menempatkan tujuan pribadi di atas semuanya, orang yang lupa untuk
menikmati pengalaman indah dan tidak mau mengingat pengalaman positif mereka di
masa lalu," terang Oyanadel.
Penelitian itu diterbitkan dalam jurnal Universitas
Psychologica. Kesimpulan dari penelitian itu, kelompok yang paling bagus adalah
mereka yang mau belajar dari masa lalu, bukan mereka yang selalu
mengingat-mengingat masa lalu. Hal itu berarti mereka merencanakan masa depan
tetapi tidak mengabaikan masa kini.
Sebelumnya banyak penelitian yang menghubungkan pandangan
seseorang terhadap kehidupan dan kesehatan. Mereka yang sering mengeluhkan
kesehatan, memiliki kemungkinan meninggal dalam 30 tahun ke depan hingga tiga
kali lipat. Berbeda dengan mereka yang menganggap diri mereka lebih kuat.
Kesimpulannya, pandangan seseorang ternyata dapat mempengaruhi
jangka hidup mereka. Studi tersebut menyarankan dokter agar tidak membatasi
definisi kesehatan yang baik hanya jika pasien bebas dari gejala-gejala
penyakit.